Kupatan

Acara kupatan adalah tradisi lama di dusun ngebleng dan beberapa desa lain disekitarnya, acara ini sudah ada sejak lama sekali, kemungkinan sudah sama tuanya dengan umur dusun ngebleng karena acara ini sudah ada sejak saya kecil. Kupatan dilaksanan pada bulan Syawal tepat seminggu setelah Idul Fitri dengan mengambil hari sama dengan tanggal 1 Syawal, misalnya tanggal 1 Syawal adalah hari Rabu, maka kupatan juga jatuhnya pada hari rabu.
Menurut cerita orang-orang tua, kupatan memiliki makna memohon atau melepas kesalahan kepada seluruh warga dusun, konon kupatan memiliki makna melepaskan kelepatan yang berasal dari kata lepat dan bila di terjemahkan ke Bahasa Indonesia adalah salah, maka arti sesungguhnya adalah kelepatan sama dengan kesalahan.

Kupat sendiri dalam bahasa Indonesia adalah adalah hidangan khas Asia Tenggara maritim berbahan dasar beras yang dibungkus dengan pembungkus terbuat dari anyaman daun kelapa (janur) yang masih muda.

Di dusun Ngebleng, kupat dibuat sendiri masing-masing oleh beberapa orang dalam setiap keluarga. Pembutannya dilakukan sehari sebelum acara kupatan, biasanya salah seorang laki-laki anggota keluarga mencari janur (daun kelapa muda) di lahan yang dimiliki oleh keluarga tersebut dengan memanjatnya, bilamana tidak memiliki pohon kelapa sendiri maka mengambil di pohon kelapa milik tetangga baik dengan ijin terlebih dulu atau tanpa ijin (langsung panjat aja). Kadang kala jika kebetulan dalam keluarga tidak terdapat seorang laki-laki yang dirumah maka mereka minta ke keluarga lain yang sudah mengambil janur, kadang kala yang lebih kebangetan adalah minta yang sudah jadi, itulah uniknya hidup dipelosok, kita bisa minta tanpa harus beli.

Setelah selosongan kupat jadi, maka para ibu-ibu mengisinya dengan beras kemudian direbus. Esok harinya salah seorang anggota keluarga membawa ketupat ke kadus untuk acara kupatan. Jika dalam satu keluarga tidak ada yang bisa datang membawa ketupat ke bapak kadus maka bisa ditipkan ke salah seorang tetangga.

Jika semua warga dirasa sudah membawa ketupat ke rumah bapak kadus, maka salah seorang tetua (modin) membacakan kalimat-kalimat tertentu yang isinya memohon kepada Tuhan agar semua warga dusun aman, tentram, dan sejahtera. Kemudian disambung dengan salah seorang ulama membacakan doa bersama dengan semua warga yang hadir.

Setelah itu semua warga makan ketupat bersama, dalam hal ini semua warga dapat menikmati masakan keluarga lain dengan lauk yang rasanya berbeda-beda.

 Biasanya pada sesi ini orang-orang memilih makan lauknya saja, terutama yang berupa gorengan, bahkan pada sesi ini kadangkala para anak muda sering bergurau dengan anak muda lainnya seperti terlihat pada gambar dibawah ini


Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Kupatan"

Posting Komentar